My Medicine (Chap 2)

Sehun membacakan jimat saturnus 12 tepat di telinga Luhan. Luhan terlihat tidak bisa bergerak bahkan mengeluarkan suaranya. Ini benar-benar menyebalkan! Dan sekali lagi Luhan mengumpat guru Lyn atas musibah yang Ia dapat.

“Bolehkah Aku menciummu, Lu”

“Mmmmm!”

“Kau mau?” Sehun menggoda lagi.

“MMMM!”

“Astaga, Luhan. Aku tidak percaya bisa menciummu!”Sehun semakin mendekatkan bibirnya menuju bibir Luhan. Dan…

My Medicine

Pairing: Hunhan Ver (GS)

Chaptered | T+, Spiritual, Fantasy & Romance

Author’s Hunhananjani

Also posted in Fanfiction.net

“Luhan Si Murid unggulan di sekolah penyihir ditugaskan membuat Obat Cinta  sebagai tugas untuk ujian kelulusan. Untuk membuat obat itu, dibutuhkan rasa cinta dari laki-laki bernama Sehun. Namun hubungan mereka sangat buruk sejak pertama kali bertemu‼ lalu bagaimana hasil ujian Luhan..?!”

 

Chapter 2 – The First School

 

            Luhan mungkin saja akan memberikan obat agar laki-laki dihadapannya ini mati secara mendadak. Bayangkan saja kejadian beberapa menit yang lalu, Ia bahkan sudah berpikir kalau Sehun akan menciumnya. Tapi, laki-laki ini hanya memberikan jitakan di kepalanya. Bodoh! Pikiran macam apa itu.

Sosok itu menautkan alisnya, dia memandang ke wajah Luhan yang menatapnya kesal. Ah, mungkin Sehun terlalu berlebihan menggoda Luhan. Sehun melepaskan jimatnya dan melihat Luhan yang langsung terduduk lemas. Sehun berpikir, penyihir wanita benar-benar lemah tanpa obat.

“Kau lemah sekali tanpa obat sihirmu itu, Luhan.”

Laki-laki dihadapannya ini memang sengaja membuatnya kesal bukan main. Luhan mendengus semakin jengkel ketika kata-kata itu kembali didengarnya. Ya! Kenapa harus ada laki-laki seperti itu di dunia ini? Astaga, ia benar-benar sangat kesal sekarang.

DUGH!

“Argh! Apa yang kau lakukan, Luhan?!”

“Apa itu sakit, Sehun-ah?”

Luhan tersenyum puas, saat melihat Sehun yang meringis menahan sakit di kakinya. Ia tidak bermaksud untuk menginjak kaki itu, hanya saja ingin membalas dendam karena laki-laki ini terus mengejeknya. Apa itu sama? Hahaha.

“Dasar perempuan gila! Tanpa aku jawab pun, kau pasti sudah tahu bagaimana kerasnya kaki mungilmu menginjak kakiku!”

Luhan mendengus pelan, dan tanpa ia sadari, kakinya kembali menendang lutut Sehun. Bagaimana bisa laki-laki ini menyebutnya perempuan gila. Dan apa yang diucapkannya tadi? Laki-laki ini mengejek kakinya? Kurang ajar!

“Oh, Astaga! Kau ini monster, Luhan!!”

“Aku terima pujianmu, Sehun-ah.”

Ia tersenyum puas, melihat wajah Sehun yang merasa kesakitan dua kali karena ulahnya. Luhan keluar dari kamar Sehun dengan wajah berseri-seri. Kyuhyun tahu bahwa anak sulungnya itu sudah mendapatkan balasan yang setimpal dari perbuatannya. Hahaha, hiperbola? Tapi memang itu yang pantas diucapkan olehnya.

Lee Sungmin, sudah siap dengan seragam baru Luhan untuk sekolahnya besok. Peraturan yang diterapkan untuk kelulusannya adalah bersekolah di sekolah khusus manusia biasa. Tanpa sihir, obat dan jimat. Luhan satu sekolah dengan Sehun. Ia juga harus berangkat dan pulang sekolah bersama Sehun. Tugas kelulusannya ini berat sekali, jika berhubungan dengan penyihir gila yang menggunakan jimat itu.

“Luhan?”

“Ada apa, Nyonya Lee?”

“Besok hari pertamamu di sekolah manusia biasa, Anakku. Lebih baik kau tidur lebih cepat.”

“Ah, ya. Aku akan tidur sekarang.” Luhan membungkuk dan masuk ke dalam kamarnya. Ia begitu bersemangat untuk menunggu besok pagi.

Setelah Luhan masuk ke dalam kamarnya, Sungmin menghampiri Sang suami yang duduk sambil menyeruput white coffee-nya. Sungmin duduk di samping Kyuhyun yang menatap khawatir ke arah Sang Istri. Wanita yang sudah menemani hidupnya selama 20 tahun ini, sangat jarang menampilkan raut wajah ketakutan seperti ini.

“Apa yang kau takutkan saat ini, Sayang?”

“Kyuhyun-ah, kau tahu tentang surat yang diberikan oleh Amber, bahwa Neraka kuno akan diperbarui di bumi,’kan?”

“Ya, Aku tahu, Sayang. Tenanglah.”

“B-bagaimana bisa Aku tenang, Kyuhyun! Batu merah yang kau tanamkan di dalam tubuh Sehun adalah incaran mereka!”

“Batu merah itu juga ada dalam tubuh Luhan, Sungmin.”

Sungmin mendadak lemas mendengar ucapan suaminya. Batu merah yang menjadi incaran Vintage, pemburu dari Neraka kuno yang bisa melakukan berbagai cara agar batu merah itu didapatnya. Itu berarti, nyawa Sehun dan Luhan terancam. Ini bukan berita bagus.

“Apa yang harus kita lakukan, Kyuhyun-ah.”

“Kita hanya bisa menunggu perintah Kim Lyn, Sayang,” Kyuhyun mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “ Sekarang kita hanya bisa menjaga Sehun dan Luhan agar tidak diketahui oleh para Vintage. Yah, meskipun cepat atau lambat Vintage itu akan tahu keberadaan kita.”

 

Walau tinggal di lorong kota buangan, keluarga OH memiliki rumah yang cukup besar. Kehidupan mereka pun sama seperti kehidupan manusia biasa. Tuan Oh bekerja di salah satu perguruan tinggi sebagai dosen. Sedangkan Nyonya Lee, bekerja sebagai Ibu rumah tangga saja. Mempunyai anak tunggal, tidak membuat kehidupan mereka kesepian. Sehun anak yang penurut  dan sayang dengan keluarganya. Sehun juga anak yang sangat cerdas di sekolah sihir maupun sekolah manusia biasa. Cukup membanggakan.

 

 

Aroma Pancake sudah tercium ke mana-mana. Sehun yang baru saja keluar dari kamar lengkap dengan seragam sekolah, turun dengan cepat untuk menghampiri Ibunya.  Tapi, baru beberapa anak tangga yang Ia turuni, Ia terperangah menatap sosok perempuan yang menggunakan seragam sekolah khas SOPA sama sepertinya. Rambutnya yang dibiarkan tergerai bebas. Cantik sekali.

Luhan merasa ada seseorang yang memperhatikannya dari belakang. Ia yang membantu menyiapkan sarapan, lantas menoleh ke belakang dan mendapati Sehun yang menatapnya intens.

“Apa yang kau lihat, Tuan Sehun?”

Luhan terkekeh melihat sikap salah tingkah Sehun dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Apa laki-laki ini sangat kagum melihatnya?

“Percaya diri sekali. Aku hanya khawatir kau ada memasukkan sesuatu ke dalam makananku.”

“Sudah tertangkap basah, tidak mau mengaku.”

“Apa kau pikir Aku memperhatikanmu, hah? Jangan bermimpi.”

“Tsk! Kau pikir Aku tidak tahu? Kau bahkan berdiri seperti orang bodoh di sana hanya karena melihatku menyiapkan sarapan.”

“Kau…”

“Duduk dan makanlah dengan tenang!”

Sehun dan Luhan terdiam. Mereka tahu, kalau suara Sungmin sudah keluar maka bisa saja perang dunia akan terjadi. Sungmin nampak dingin hari ini. Ya, pikirannya masih berkecamuk tentang informasi yang diberikan oleh Yixing.

“Makanlah yang banyak, Luhan.Hari ini pertama kamu masuk di sekolah yang sama seperti Sehun.”

“Baik, Nyonya Lee.”

 

Luhan berniat untuk pergi ke sekolah sendiri. Ia bahkan ngotot membawa botol-botol obat sihirnya untuk perlengkapannya terbang. Tapi, lagi-lagi Sungmin melarangnya. Karena selama Ia bersekolah di SOPA, Ia tidak boleh menggunakan sihir apapun..

“Menyusahkan sekali menjadi manusia biasa.”

Mulai tiga bulan ke depan, Ia harus terbiasa hidup tanpa obat. Pergi sekolah menggunkan bus dan  berkutat dengan buku-buku tidak menentu. Merepotkan!

“Aku berangkat, Nyonya Lee.”

“Luhan bisa berangkat sekolah sendiri? Lebih baik dengan Sehun.”

“Ah! Tidak perlu, Aku bisa sendiri.”

“Hati-hatilah kalau begitu, Luhanku sayang.”

“Ya.”

Daripada Ia harus bertemu dengan manusia menyebalkan itu, lebih baik berangkat sendiri. Ia benar-benar mengumpat dengan kehidupan manusia yang menyusahkan. Menunggu di halte dengan kerumunan yang sangat banyak, membuat tubuh mungilnya terhimpit ke mana-mana.

“Busnya terlalu penuh! Aku naik bus berikutnya saja.”

Ia harus mengumpat lagi dan lagi. Bagaimana bisa Ia menunggu bus yang sedari tadi selalu penuh dengan penumpang. Ia tidak merasa tubuhnya terlalu mungil, tapi kenapa orang-orang bisa saja menerobos tubuhnya yang ingin masuk ke dalam bus. Sial!

“Argh! Jadi kapan aku bisa naik bu—”

“Apa yang kau lakukan?”

“Sehun!? Apa ini yang namanya bus? Aku dari tadi menunggu, tapi tidak bisa naik!”

“Kalau tidak naik bus, kita bisa terlambat!”

Sehun menarik tangan Luhan untuk masuk dengan cepat ke dalam bus yang baru saja datang. Sehun menghimpit tubuh Luhan ke dalam kukungannya. Luhan yang masih terkejut akibat dorongan seseorang, lantas menarik seragam dan bersembunyi di dada bidang Sehun. Sehun membelalakan matanya kaget. Detak jantungnya tiba-tiba berdetak sangat kencang. Sehun ingin memeluk tubuh Luhan, tapi Luhan cukup sadar dan melepaskan tangannya yang menempel pada seragam Sehun.

“Sehun, apa yang mau kau lakukan!?”

“A-aku hanya merasa kasihan, kalau ada makhluk sekecil dirimu dan tak berdaya akan hancur.”

Dia mulai lagi. Apa laki-laki ini hanya senang mengejek tubuhnya? Lihat saja nanti, Ia akan membuat obat penakluk agar laki-laki ini selalu mematuhi perintahnya. Hitung-hitung memberi sedikit pembelajarana, agar dia tidak seenak jidat menghinanya.

“Kau ingat ‘setting’ di sekolah,’kan?”

“Mudah saja. Menjadi sepupu yang selama ini belajar di laur negeri.”

“Bagus.”

“Hidup menjadi manusia biasa itu menyusahkan!”

TAK!

“Berhenti mengeluh dan jalani saja. Kau mau tidak lulus ujianmu?”

“Yaa! Sakit bodoh! Kau pikir membuatmu jatuh cinta padaku itu sulit.” Luhan meringis kesakitan karena jitakkan halus di kepalanya.

Sehun mencibir, tapi tidak bisa menutup kemungkinan ia kembali tersenyum. Gadis di depannya ini memang menarik. Percaya dirinya benar-benar lebih tinggi. Tapi, kalau benar ia jatuh cinta kepada gadis ini, ia tidak bisa mencari pasangan dari batu merah dalam tubuhnya. Sehun yakin, Luhan tidak memiliki batu merah dalam tubuhnya. Itu berarti jodohnya bukan Luhan.

“Jangan percaya diri! Lagi pula itu tidak seberapa dengan kau menginjak kaki dan menendang lututku!”

Lonceng sekolah berbunyi, tepat saat Sehun dan Luhan sampai di gerbang tinggi itu. Sekolah yang cukup besar dan berada pada jajaran elite ini merupakan pilihan Ayahnya. Ia tahu, Kyuhyun merupakan dosen cerdas di Yonsei University, cukup mudah memasukkannya ke dalam sekolah elite ini.

Sehun dan Luhan tidak sekelas. Luhan di kelas II-B, sedangkan Sehun di kelas II-A. Guru Ahn yang mengajar kelas II-B, sudah siap membawa buku tebal dengan ratusan halaman di dalamnya. Guru Ahn juga membawa seseorang di belakangnya.

“Selamat pagi anak-anak! Kita kedatangan murid pindahan dari Amerika. Perkenalkan dirimu, Luhan”

“Selamat pagi, saya Luhan pindahan dari Amerika,” Luhan membungkuk dan tersenyum kepada calon teman-teman barunya. “Saya juga sepupu dari Sehun.”

Terdengar jelas bahwa teman barunya, banyak yang membicarakannya. Ia tahu, Sehun cukup populer di kalangan siswa-siswi di SOPA. Ia juga tahu, bahwa laki-laki bernama Sehun yang sekarang menjadi sepupu bohongannya itu memiliki fans yang cukup err menyeramkan. Yeah, mungkin saja.

“Sepupu?”

“Sejak kapan Sehun memiliki sepupu?”

“Ayahnya bahkan anak tunggal dan tidak mempunyai saudara!”

“Ah, maaf. Mungkin kalian tidak tahu, bahwa Ayah Sehun memiliki kakak di gunung Hima—”

“Luhan‼ Senang berkenalan denganmu. Ayo duduk di sampingku!”

Luhan terkejut, saat gadis berambut sebahu dengan dimple manisnya itu memintanya untuk duduk di sampingnya. Ia tentu saja mau. Luhan melirik ke arah guru Ahn, dan guru Ahn menyetujui itu. Ia mengabaikan pertanyaan teman-temannya, saat guru Ahn juga sudah menginterupsi untuk fokus pada pelajaran.

“Zhang Yixing.” Gadis berdimple ini tersenyum sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

“Luhan. Senang berkenalan denganmu, Yixing-ah.” Luhan mengulurkan tangannya juga untuk berjabat tangan dengan teman barunya bernama Yixing.

“Err, bisakah kau tidak menyebutkan identitas keluarga Sehun sembarangan?”

“Maksud—”

“Kediaman Vampire bahkan keluarganya tidak boleh ada yang tahu, Luhan.” Yixing membuka buka tebal itu dan memasang kacamatanya. Semakin cantik.

“Kau tahu tentang keluarga Sehun?!”

“Dirimu pun aku tahu.”

TBC

Thankseu, buat pengunjung yang menjadikan Mushroom Fanfiction sebagai tempat bacaan. Sudah meluangkan waktu untuk membaca FF gaje ini dan memberikan apresiasi. Untuk FF My Medicine Chap 2 ini, sedikit diambil alur-alur dalam per-anime-an. Kalau ada kesamaan cerita harap dimaklumi.Terimakasih buat kalian semua ^^

 

           

My Answer Is You

My Answer Is you

-HunHan-

Novita Lu

Chaptered | AU, Romance, Drama, Hurt & Comfort

Also posted in Fanfiction.net

“Sekalipun aku berkata tidak untuk diriku sendiri, Aku akan tetap memilihmu.”

 

Prolog~

 

Langit sudah memancarkan warna keabu-abuan. Langit yang tadinya cerah, kini berubah menjadi mendung. Yah, Pertanda bahwa sebentar lagi hujan akan mengguyur Kota Seoul. Seorang laki-laki mungil, berjalan cepat saat merasakan tetesan hujan mulai membasahi tubuhnya. Ia menghela napas panjang, saat dirinya sudah sampai di halte untuk menunggu bus yang akan mengantarkannya pulang.

Ia menangis. Ia ingin berteriak. Hatinya semakin berkecamuk mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Saat dirinya rela begadang untuk membuat sekotak kecil cokelat lezat untuk sang kekasih, mengingat hari special bulan penuh kasih sayang ini . Tapi tidak disangka, Sang Kekasih berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Oh, Tuhan. Ia mulai merasa dongkol sekarang. Sahabat yang sangat dipercaya ternyata mengkhianatinya.

Ia memejamkan mata untuk kesekian kalinya. Ia tidak ingin membiarkan air mata sialan ini jatuh begitu saja. Matanya dan hidungnya memerah. Ia merasa perjuangannya selama kurang dari dua tahun hanya sia-sia. Malang sekali. Ia bahkan tidak berminat untuk masuk saat bus sudah datang.

Hembusan angin semakin bertiup kencang. Hawa dingin pun mulai menusuk hingga ke tulang belakang. Tapi, tubuhnya sudah merasa beku sejak tadi. Ia tidak merasakan lagi rasa dingin. Ia mulai berjalan lunglai membiarkan air hujan membasahi dirinya.

“Kau yang Aku punya. Tapi, Kau membuatku merasa tidak berguna.”

Chapter 1 – The First Meet!

Matahari sudah memancarkan sinarnya. Cahayanya yang menghangatkan, menembus lorong-lorong kecil untuk berlomba masuk ke dalam. Tubuh mungil yang berada di atas kasur menggeliat kecil, saat mendengar suara alarm yang begitu keras. Ia bangun dengan sangat terpaksa dan melempar alarm yang sedari tadi berbunyi.

Matanya membengkak, rambutnya tidak beraturan, dan kamarnya sangat berantakan. Banyak botol-botol Soju yang berserakan di lantai. Ia menggaruk tengkuknya gatal. Ia melangkahkan kakinya untuk turun dan beranjak ke dapur. Mengambil segelas air mineral dan menegaknya dengan sekali teguk. Sungguh kondisi yang sangat mengenaskan.

Drrt~ Drrt Drrt~

Ponselnya bergetar di atas meja dekat lampu tidur. Ia berjalan cepat menuju kamar dan melihat siapa yang menghubunginya. Ia terkejut saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Ingin rasanya mengabaikan panggilan itu, tapi hatinya tidak sejalan dengan pemikiran. Ia mengangkat dengan suara lemah.

“Lu, kau tidak masuk kuliah hari ini? Aku mencarimu sejak tadi.”ucap seseorang dengan nada suara panik.

Gwanchana, jangan terlalu khawatir, Yifan.”

“Kau pantas marah kepadaku, Lu. Tapi kumohon jangan mengabaikanku seperti ini.” Yifan terlihat frustrasi dengan respon yang diberikan oleh mantan kekasihnya itu.

“Bisakah aku memutuskan sambungan ini. Aku benar-benar tidak berselera membahasnya. Kumohon jangan menghubungiku lagi.”

“Luhan kumohon jangan-”

Luhan mematikan sambungan telepon secara sepihak. Ia tahu betapa Yifan ingin menjelaskan semuanya. Tapi, bagi Luhan itu hanya omong kosong. Berselingkuh dengan sahabatnya itu bukan pilihan yang tepat. Ia benci dibohongi. Luhan tak menyalahkan cintanya kepada Yifan, tapi Ia menyalahkan dirinya yang menyia-nyiakan waktu hanya untuk orang sebrengsek Yifan. Bagaimana Ia bisa memiliki sahabat berhati mulia tetapi busuk dalamnya. Ia menangis. Hatinya kembali sakit. Sialan!

Luhan duduk di sofa hanya sekadar mengganti beberapa siaran  tak menentu melalui remote  yang ada di tangannya. Nampak tak berselera untuk melakukan apapun hari ini. Ia bahkan sadar betapa marah dosennya nanti mengetahui ketidakhadirannya itu. Ayolah! Ini adalah ujian semester, nilainya dipertaruhkan di sana. Luhan melihat jam yang terpampang jelas di dinding. Ah! Sisa duapuluh menit lagi. Luhan hanya perlu lima menit sebelum berangkat untuk bergegas mandi dan memakai pakaiannya.

Menunggu. Menunggu. Dan menunggu.

Bagaimana bisa sejak tadi tidak ada bus yang lewat. Luhan mendesah pelan. Haruskah ia berlari untuk sampai ke kampusnya? Tidak ada pilihan lain selain itu. Luhan berlari kencang agar cepat sampai ke kampusnya. Demi Tuhan! Waktu yang tersisa hanya sembilan menit lagi. Dosen Park itu pasti sudah berjalan menyusuri koridor membawa kertas sialan itu.

Bruk!

Sialan!

“Apa kau tidak punya mata, hah!” Luhan menatap geram laki-laki yang ada di depannya ini.

“Kau yang tidak punya mata. Berlarilah menggunakan mata. Bukan hanya kaki kecilmu itu.”

Luhan nampak semakin tertohok. Apa laki-laki ini menyalahkannya? Jelas-jelas dia yang menabrak bahunya hingga terjatuh. Ia menghela napas sejenak, lalu menoleh ke depan memandang tajam ke wajah laki-laki yang menatapnya tak kalah intens.

Dug!

Argh!

Beberapa detik setelah insiden menendang lutut, Luhan bergegas berlari lebih kencang meninggalkan laki-laki itu yang masih meringis kesakitan. Salahkan dia yang menghina kakinya kecil. Tendangan keras Luhan yang tepat mengenai lututnya itu, pasti sekarang sudah ada memar di sana.

Sialan! Entah berapa umpatan yang sudah Ia senandungkan hari ini. Arlojinya bahkan sudah menunjukkan pukul 09:15 KST, yang berarti Ia sudah terlambat limabelas menit dari ujian dosen Park. Ia benar-benar menyalahkan laki-laki tak beretika yang menabraknya tadi. Luhan berjalan pelan, dosen Park masih fokus dengan kertas yang ada di tangannya. Jangan melihat. Jangan melihat. Jangan-

“Kau terlambat, Luhan.”

Deg!

“ Ma-maafkan saya, Pak.” Luhan mendadak pucat. Ia tahu bahwa dosennya ini tidak suka mahasiswa terlambat. Jika ada yang terlambat, maka  D akan muncul di nilai transkrip mata kuliah ini.

“Aku sedang tidak berselera menghukum mahasiswa yang terlambat hari ini.”

Aku juga tidak berselera—batin Luhan.

“Duduklah dengan baik di sana, Luhan. Ikuti ujianku dengan baik.” Dosen Park nampak berbeda hari ini. Ah! Dewi Fortuna, terima kasih!

Berjalan kurang lebih 45 menit ujian mata kuliah Literature yang membosankan ini. Terlihat gampang dikerjakan, tapi jangan meremehkannya. Luhan memang mahasiswa cerdas di Yonsei University. Itu sebabnya, Ia menjadi mahasiswa andalan di kelasnya. Beberapa saat sayup-sayup, Ia mendengar mahasiswi-mahasiswi melafalkan nama ‘Oh Sehun’ beberapa kali. Siapa dia?

Luhan memang tidak tertarik dengan gerombolan orang-orang yang selalu berdecak-decak mengenai mahasiswa yang baru saja pindah dari Amerika itu. Ujiannya memang telah usai. Tapi, Ia harus menunggu untuk mata kuliah kedua. Ia bahkan masih mendengar nama itu disebutkan. Suhun? Bihun? Ah ya! Sehun. Itu yang Luhan dengar dari beberapa mahasiswi yang selalu menjerit histeris saat mulutnya mengucapkan nama mahasiswa pindahan itu.

Yifan menerobos kerumunan dan mencari sosok bermata rusa itu. Gotcha! Luhan sedang menelungkupkan wajahnya. Yifan melepaskan Earphone yang terpasang di telinga mantan kekasihnya itu. Mata Luhan membelalakan saat tangannya ditarik paksa oleh seseorang. Luhan menoleh dan terkejut melihat Yifan ada di depannya.

“Luhan! Kita perlu bicara!” Yifan berusaha menarik tangan Luhan. Semua pasang mata melihat Luhan dan Yifan dengan mulut menganga.

Luhan menghempaskan tangan Yifan.

“Apa itu perlu, Yifan-ssi?”

“Luhan! Kau boleh menamparku sekarang! Tapi kumohon jangan mengabaikanku.” Yifan mengacak kasar rambutnya, Ia frustrasi dengan sikap Luhan yang berubah.

“Menamparmu? Aku bahkan jijik tanganku disentuh olehmu, Yifan-ssi.” Ucap Luhan sarkastis. Ia tahu mulutnya tidak ingin mengucapkan kata-kata sarkasme seperti itu. Tapi emosinya memuncak, saat ingatannya kembali memutar Yifan dan Tao yang sedang berciuman. Oh Bitch!

Yifan mengeraskan rahangnya. Yifan tertohok mendengar ucapan yang terlontar dari mulut manis Luhan. Baru kali mulut manis itu mengucapkan kalimat pedas itu. Dengan langkah cepat, Yifan menarik lengan Luhan untuk ikut dengannya. Luhan berusaha keras untuk melepaskan cengkeraman Yifan yang terasa sakit di kulitnya.

“Lepas! Wu yifan!”

“Aku perlu tahu, dimana letak menjijikkannya diriku, Luhan!” Yifan tetap menarik lengan Luhan hingga memerah. Teman-temannya pun bahkan hanya menyaksikan tanpa berniat membantu. Takut akan kuasa seorang Yifan? Yup! Kalian benar.

Luhan meringis kesakitan dan pasrah lengannya ditarik oleh Si brengsek Yifan. Yifan membawa Luhan ke atap kampus. Sesampai di atap kampus, Yifan menghemaskan lengan Luhan hingga terjatuh. Luhan harus meringis kesakitan lagi.

“Apa yang menjijikkan dariku, Luhan.”

“Kau brengsek! Menjijikkan! Tangan kotormu itu menjijikkan!”

“Kau benar-benar menguras kesabaranku, Luhan. Pada awalnya aku benar ingin meminta maaf. Tapi, melihat dirimu yang mencemoohku di depan banyak orang membuatku malu. Ah ya, akan kuajarkan bagaimana sifat menjijikkanku yang lainnya kepadamu.”

Luhan mundur saat dirinya mendapat alarm buruk yang akan terjadi. Luhan tidak pernah melihat Yifan sangat menakutkan seperti ini. Yifan menyeringai, Ia tahu bahwa Luhan sedang ketakutan sekarang. Haha, rusa manis ini mulai berketakutan.

“Jangan mendekat brengsek!”

“Kenapa, heum? Kau ketakutan? Mana keberanianmu tadi, Luhan.”

“Tutup mulutmu! Dan menjauh dariku!”

“Kau tahu,  Aku berselingkuh dengan Tao, karena bosan dengan cara berpacaranmu! Kita bahkan tidak pernah berciuman! Kau membosankan!”

“Sekarang…bolehkah kita saling mencumbu di sini?” Yifan semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Luhan yang sudah tidak bisa kemana-mana.

“Menjauhlah! Menjauh dariku!”

Bruk!

Shit!

Yifan terjungkal ke belakang. Mata tajamnya melihat laki-laki berperawakan tinggi dengan kulit seputih susu. Siapa dia? Yifan bangun dan ingin siap melepaskan tamparan di wajah mulus laki-laki tersebut, tapi dengan cekatan laki-laki itu menghindar. Laki-laki itu menampar telak wajah mulus Yifan hingga mengeluarkan darah di sudut bibirnya.

“Ah! Kau menjijikan sekali. Aku harus menamparmu dengan sangat keras. Ini hari pertamaku masuk kuliah, tapi salam perkenalanku untukmu hanya sebuah tamparan.” Laki-laki di hadapannya ini benar-benar meremehkannya. Apa dia yang membuat seisi kampus gempar? Mahasiswa pindahan dari Amerika?

“Sialan!” Yifan bangkit dan siap menampar perut laki-laki itu. Lagi-lagi Ia harus mendapatkan pukulan balasan, pukulannya tidak mengenai apapun dari tubuh laki-laki itu. Laki-laki ini pintar berkelahi. Dia mungkin ahli dalam beberapa seni bela diri.

Luhan menyadari bahwa wajah laki-laki yang menampar Yifan itu tidak asing lagi. Luhan memutar lagi kaset ingatannya. Ah! Tabrakan di bahunya. Ya! Dia laki-laki yang sama seperti pagi tadi. Luhan dengan cepat melaraikan perkelahian di antara mereka berdua.

“Demi Tuhan! Hentikan!” Teriak Luhan. Entah apa yang Ia pikirkan, Luhan membantu laki-laki yang menabraknya itu.

Yifan terperangah. Kenapa Luhan malah membantu laki-laki sialan itu. Apa dia tidak melihat bahwa yang tampak biru lebam adalah dirinya? Sial! Hatinya tiba-tiba memanas saat Luhan malah membantu laki-laki itu berdiri.

“Kau tidak apa-apa?”

Gwanchana. Sudah lama tidak melakukan ini, Sunbae.” Jawab mahasiswa pindahan itu memegang sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar —akibat terlalu lengah.

Luhan langsung menatap tajam mata Yifan. Ia mulai jengah. Laki-laki ini membuat seisi kampus berkumpul hanya untuk menonton adu tinju yang beberapa saat terjadi.

“Aku peringatkan lagi, Wuyifan! Kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi dan tidak ada yang perlu dibicarakan lagi! Aku muak melihatmu! Menjauhlah dalam hidupku!”

“Luha-” Yifan menyadari banyak mahasiswa-mahasiswi yang melihatnya berkelahi dan dipermalukan dua kali dengan Luhan. Bitch! Kau tidak akan bisa mencampakkanku seperti ini Luhan!—

Sekarang Luhan berada di taman belakang kampus. Selesai membersihkan luka kecil di sudut bibir laki-laki itu, ia menolehkan kepalanya lucu. Tapi saat laki-laki itu membalas tatapannya, dengan cepat Luhan melempar tatapannya ke arah lain. Kenapa hatinya berdegup seperti ini.

“Maafkan kejadian tadi pagi, Sunbae.”

“Kau mengingatku?” Luhan terkejut bahwa laki-laki ini masih mengingat wajahnya.

“Aku tidak ada riwayat penyakit amnesia. Lagi pula bagaimana Aku lupa dengan Laki-laki yang menendang lututku hingga berwarna biru.”

“Maafkan Aku.”

“Aku Sehun, siapa namamu, Sunbae?”

“Luhan.”

“Nama yang bagus. Kau pasti berasal dari China?”

“Ya, kau tahu?”

“Namamu menjelaskannya.”

“Ah begitu!”

Detik selanjutnya, Luhan merasa aura tidak nyaman. Tidak ada lagi yang memulai pembicaraan, Ia bahkan merasa degupan jantungnya terdengar. Luhan dengan cepat berdiri. Sehun yang melihat Luhan beranjak mendongakkan kepalanya.

“Mau kemana?”

“Aku rasa tidak mungkin jika masuk mata kuliah keduaku. Jadi … Aku pulang saja.”

“Ah, begitu.”

“Ya.Terimakasih sudah menolongku, Sehun-ssi. Entah bagaimana aku membalasnya.”

“Tetaplah di dekatku dan kau aman, Sunbae.”

Deg!

“Apa maksud-“

TBC

 

Yosh! Akhirnya author bawa FF baru Hunhan (Boys Love). Buat FF My Medicine, mau di-publish hari minggu untuk Chapter 2. Semoga ada waktu ya. Yoho! Author bentar lagi wisuda >< /pamer toga/ Author harap FF My Answer Is You & My Medicine bisa selesai tepat waktu sesuai prediksi. Because, Author harus fokus buat cari pekerjaan ^^ Jangan lupa beri FF ini komentar ya … Hohoho doain juga semoga dapat kerjaan yang baik ya, dan nyempilin wajah yang mirip Ayah (read: Sehun) :p